Senin, 27 April 2009

PENDIDIKAN BERORIENTASI MORALITAS DAN SPIRITUALITAS ISLAM

Oleh :http://hatta-sabri.blogspot.com

Menuju Pendidikan Berorientasi Moralitas Dan Spiritualitas Islam
Pendidikan berbasis keluarga dan masyarakat
Solusi pengembangan pendidikan untuk negeri seribu bukit
Daerah Gayo Lues

Oleh: Hatta Sabri S.Pd.I

I. Pendahuluan
Perkembangan dan kemajuan IPTEK saat ini melahirkan budaya teknologi yang membuat manusia sangat tergantung pada hasil ciptaannya. Akibatnya kehidupan menjadi subjektif, konsumtif, instrumental, sarat dengan pertentangan, serba rasional, padat ketimpangan dan kesenjangan. Hal ini berakibat timbulnya penyakit psikologis dan sosial, kecemburuan sosial, ltupan sosial. Budaya hidup yang berlandaskan kebersamaan, kekeluargaan, tenggang rasa, kewajiban moral dan sebagainya tergeser oleh budaya hidup mekanistik yang berlandaskan perhitungan rasional dan untung rugi, sehingga akhirnya muncul liberalisme. Dengan demikian kekuatan akal digunakan sebagai obor petunjuk arah kehidupan, sehingga muncullah berhala baru, karena manusia mulai menuhankan segala ciptaannya yang mempesona. Hal ini menimbulkan kegoncangan dan ketimpangan, karena penerapan nilai-nilai baru yang belum mapan tetapi nilai-nilai lama (adapt, tradisi) mulai ditinggalkan.
Dalam menghadapi tantangan era globalisasi ini umat Islam di Indonesia merasa prihatin dan mempunyai kewajiban moral karena Islam adalah suatu ajaran yang merupakan hudan (petunjuk) untuk melakukan reformasi dalam segala bidang kehidupan yang secara jelas mendambakan masyarakat di mana supremasi berada di tangan Allah sedangkan manusia harus berserah diri dan mengabdi kepada-Nya. Beban umat Islam dewasa ini adalah bagaimana meningkatkan peran dirinya agar menjadi manusia yang lebih berarti di muka bumi ini, dapat melaksanakan perbaikan, mempunyai semangat kerja dan pengabdian yang tinggi. Umat Islam harus berupaya mengembangkan iman dan taqwa kepada Allah SWT dan diimbangi dengan pengembangan ilmu agar mempunyai harkat martabat yang tinggi sesuai dengan petunjuk Allah dalam surat Almujadillah ayat 11. dengan demikian dapat dikemukakan bahwa untuk menghadapi abad ke-21 dibutuhkan etika dan moral Islam dalam melaksanakan reformasi untuk menciptakan masyarakat madani yang didambakan. Oleh karena itu umat Islam harus mampu mengidentifikasi segi nilai etis dan sosial yang mampu membina umatnya untuk melakukan penalaran akhlak (moral reasoning) atau juga di sebut إجتهاد (ijtihad) agar dapat mewujudkan pengembangan masyarakat madani yang diidamkan. Demikian lejaslah bahwa Islam secara fungsional mengandung ajaran dan berbagai usaha serta cara untuk memecahkan masalah kehidupan perorangan maupun kehidupan bersama. Islam dapat membimbing gerak dinamis umat manusia sehingga tidak tersesat dan mengajak manusia menemukan jati dirinya yang mulia. Dengan memperoleh arahan tentang moralitas Islam ini menjadi kewajiban muslim untuk menghayati unsur-unsur moralitas itu dalam dirinya dan digunakan sebagai kebiasaan untuk bertindak atau berperan dalam masyarakat. Sementara itu aspek atau segi spiritualitas islam mengandung ajaran tentang bagaimana manusia itu sebaiknya memiliki pengetahuan, mengalami perkembangan, dan memerankan dirinya sebagai muslim. Pengetahuan ini meliputi pengetahuan tentang dirinya sendiri, pengetahuan tentang Tuhan, tentang dunia fana, tentang dunia baqa, tentang tiga tahap perkembangan yang dialami manusia, tugas utama yang harus diperankan dan akhirnya seluruhnya mengarah kepada kemampuan untuk selalu ingat dan cinta kepada Allah.
Demikianlah petunjuk moralitas dan spiritualitas Islam dalam reformasi kehidupan bermasyarakat. Apabila muslim mau melaksanakan petunjuk tersebut maka segala masalah yang dihadapi dapat dipecahkan dengan menggunakan kekuatan ilmu yang disinari iman. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Insyirah ayat 6-8:
إن مع العسر يسرا فإذا فرغت فانصب وإلى ربك فرغب
Dari ayat tersebut jelaslah bahwa Islam memberi jalan keluar untuk mengatasi segala kesulitan yang dihadapi dalam kehidupan bersama, baik masalah yang fundamental maupun masalah yang praktis. Untuk itu maka perlu dikaji bagaimana moralitas dan spiritualitas Islam dalam memberi petunjuk perilaku dan arah moral untuk menghadapi perkembangan dan perubahan yang terjadi dewasa ini.

II. Permasalahan
Keadaan masyarakat di daerah kita yang saat ini masih jauh tertinggal dengan beberapa daerah lain dari bidang pendidikan, yang sedang mengalami perubahan kearah pengembangan dan mengejar ketertinggalannya. Bukan hal yang luar biasa seperti daerah kita yang lokasinya berjauhan dengan daerah-daerah lain, sehingga antara kabupaten saja membutuhkan waktu yang lama untuk transfortasi, media informatika yang masih belum mapan, latar belakang pendidikan masyarakat yang masih rendah, hal ini memang mengakibatkan daerah kita agak lamban dalam dunia pendidikan. Pengembangan kurikulum yang masih berbasis pada lembaga pendidikan, belum terwujudnya pendidikan yang berbasis sosial masyarakat. Yaitu bahwa lingkungan pendidikan masih hanya pada tarap sekolah, belum berlaku pendidikan yang mamasyarakat. Padahal pendidikan bukanlah hanya tanggung jawab para guru, kepada sekolah atau sekolah saja, tetapi pendidikan juga merupakan tanggungjawab semua elemen masyarakat didaerah kita. Dalam hal ini, masyarakat di daerah kita masih kurang menyadari akan pentingnya tanggungjawab mereka akan pendudukan. Dengan segala kelemahan dan kekurangan yang kita miliki, tidak menyurutkan semangat untuk selalu mengadakan reformasi dunia pendidikan kita ke arah yang lebih baik. Dalam situasi seperti ini, timbul permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah petunjuk moralitas dan spiritualitas Islam yang berkaitan dengan reformasi pendidikan?
2. Bagaimanakah kita harus menyikapi antara pola pendidikan dari segi adat dan agama demi terwujudnya moralitas dan spiritualitas Islam di daerah kita?

III. Pembahasan
1. Petunjuk moralitas dan spiritualitas Islam yang berkaitan dengan reformasi hidup bermasyarakat
Islam telah menanamkan dasar kebenaran yang fundamental yang dipatuhi dan diormati dalam segala keadaan. Kebenaran tersebut dapat diwuudkan oleh setiap individu dalam kehidupan bersama. Islam menjaga keselamatan dengan sistem moral yang efektif, memberi petunjuk dasar-dasar pokok kebajikan seperti tercantum dalam surat A-Baqarah ayat 177 yang artinya sebagai berikut:
Bukanlah termasuk golongan kebajikan menghadapkan muka kearah timur dan barat, tetapi yang termasuk golongan kebajikan ialah beriman kepada Allah, hari akhir, Malaikat-Malaikat, Kitab-Kitab, Nabi-Nabi, memberikan bantuan harta yang disayanginya kepada kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang terlantar dalam perjalanan, peminta-minta, dan memerdekakan perbudakan, mengerjakan sholat, menunaikan zakat, menepati janji yang telah diperbuat, sabar menderita kemiskinan dan kemelaratan, terutama ketika perang. Itulah orang-orang yang benar keimanannya dan itu pulalah orang-orang yang bertakwa.
Ayat tesebut memberi petunjuk secara rinci tentang kebajikan yang harus dilakukan oleh setiap individu dengan tekun. Dalam ayat tersebut ditunjukkan bagaimana mencintai Allah dan mencintai sesama manusia. Setiap orang dituntut untuk beramal baik terhadap sesamanya dan mewujudkan diri sebagai warga dan pendukung yang baik dalam pranata sosial. Dengan demikian setiap muslim memiliki kesetiaan yang kokoh dan tak tergoyahkan dalam keadaan apapun. Dari uraian tersebut jelaslah bahwa Islam memberikan standar tingkah laku yang diklasifikasikan baik dan buruk, benar dan sah, haq dan batal, diridhai dan dikutuk oleh Allah. Jadi moralitas Islami bersifat menyeluruh, bulat dan terpadu, artinya suatu kebulatan nilai dalam moralitas itu mengandung aspek normative dan aspek operatif yang keduanya menjadi landasan amal perbuatan manusia.
Dari segi operatif nilai tersebut mengandung lima kategorial sebagai berikut: (1) wajib atau fardhu, (2) sunnah, (3) mubah, (4) makruh, (5) haram. Demikianlah Islam menjanjikan sistem moral dan keselamatan bagi umatnya dalam menghadapi masalah baik yang fundamental maupun praktis. Dapat dipahami bahwa Islam mengandung ajaran moral, artinya Islam mengandung rangkaian aturan dan ketetapan bagi pemeluknya tentang bagaimana harus hidup dan bertindak agar manjadi manusia yang baik. Dengan kata lain Islam memberi petunjuk hidup yang baik dan benar yang diridhai allah, dengan memberikan prinsip-prinsip kepribadian manusia yang mencakup bidang moralitas dan spiritualitas. Moralitas Islam mengandung prinsip-prinsip dasar etika muslim yang terdiri dari hukum dasar tentang keutamaan. Moralitas ini menjadi ciri khas manusia yang tidak ditemukan pada makhluk lain di bawah derajat manusia. Cirri khas tersebut ialah kesadaran moral, yaitu kesanggupan melakukan hal yang baik dan menyingkiri hal yang buruk untuk kepentingan diri dan masyarakatnya. Moral islam sangat kokoh keberadaannya karena memberikan fadhillah atau keutamaan yang erat kaitannya dengan hakikat manusia sehingga akan menandai manusia di segala jaman. Moralitas Islam bersumber dari watak tabi’y manusia yang merupakan dorongan bathin manusia dengan fitrahnya merasa wajib berbuat kebajikan bagi dirinya maupun sesamanya. Kesadaran moral memberikan kekuatan konstruktif dan positif yang bersinambungan untuk pengembangan pribadi manusia. Secara rinci Islam memberikan uraian tentang moral utama yang sampai saat ini masih dipegang teguh dalam peradaban maju, yaitu kesucian, keikhlasan, kesederhanaan, kesopanan, kejujuran, kerendahan hati, keadilan, kesabaran, keterbukaan, menepati janji, kelembutan hati, pemaaf, keberanian, kebijakan dan pengendalian diri. Demikianlah Islam memberi petunjuk dan arahan kepada manusia demi kebaikan diri dan sesamanya agar mampu menciptakan peradaban yang tinggi.menyempurnakan peradaban dapat ditempuh dengan menyelenggarakan ilmu, seni, dan moral yang baik. Oleh karena itu pendidikan harus mengarah kepada belajar ulum al-islamy atau Islamic Knowladge yang terbagi menjadi dua cabang, yaitu religious kowladge dan scientific knowledge. scientific knowledge disebut hikmat atau kebijaksanaan yang sangat berguna untuk pembangunan ilmu dan teknologi. Sedangkan religious kowladge sebagai pengendali scientific knowledge karena membimbing pengembangan nurani manusia.
Menurut para ahli Islam, Allah SWT menciptakan bagian yang penting dalam diri manusia yaitu: aql, qalb, dan nafs. Masing-masing mempunyai fungsi yang saling kait mengait: aql berfungsi untuk memahami ilmu Islam yang berkaitan dengan hal baik dan buruk sesuai dengan perintah Allah, sehingga dapat menghubungakan kebaikan yang diajarkan Allah kepada qalb. Sedangkan qalb memutuskan secara harmonis untuk berbuat baik atau buruk yang disebut akhlak. Adapun nafs adalah kesenangan secara berlebihan terhadap keduniawian tanpa memikirkan baik, buruk, berbahaya, tak berguna, dan bertentangan dengan kehendak Allah. Dengan kata lain nafs itu pekerjaannya menipu qalb. Dapat dipahami bahwa memperkuat aql sama pentingnya dengan memperkuat qalb. Adapun cara memperkuat aql dengan mempelejari pengetahuan Islam, sedangkan memperkuat qalb atau membersihkan diri dapat dilakukan dengan cara melaksanakan perintah Allah sehingga membina perasaan ikhlas. Dengan qalb yang telah bersih tersebut aql dapat menyadari perbuatan yang sesuai dengan kehendak Allah dan mau mengikutinya sebagai kebiasaan berfikir yang baik dan benar. Dapat dikatakan bahwa qalb adalah bagian yang terpenting karena menjadi pemimpin seluruh organ tubuh sesuai dengan hadis Nabi yang terjemahannya sebagai berikut: Di dalam tubuhmu ada segumpal daging, kalau dia baik, baiklah seluruh tubuhmu, kalau dia rusak maka rusaklah seluruh tubuhmu. Dia adalah qalb.
Untuk memperoleh ilmu pengetahuan, Islam menawarkan metode ilmiah, realistis, artinya metode tersebut ditopang oleh dua factor, yaitu pewarisan pengalaman dan pemikiran logis. Dengan demikian Islam memberi petunjuk secara jelas bahwa ilmu mempunyai kedudukan yang sangat penting sehingga Rasulullah SAW menyatakan dalam sabdanya bahwa menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim, laki-laki ataupun perempuan. Bagi kaum muslim ilmu adalah alat untuk mengkaji masalah yang dihadapinya dan untuk mencari pemecahan secara konkret. Dengan ilmu manusia dapat memperoleh kebenaran sesuai dengan jangkauan akalnya. Kebenaran yang diperoleh melalui akal ini dapat membentuk sikap ilmiah. Apabila sikap ilmiah ini dilandasi oleh iman maka manusia dapat bersifat khanif, yaitu dalam memecahkan masalah selalu menggunakan cara berfikir ilmiah yang disinari iman sehingga dapat menemukan kebenaran tertinggi.
Untuk melaksanakan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT ada lima pilar utama yang harus dijalankan oleh muslim yaitu:
a. Pilar pertama adalah syahadat yang berisi dua bagian yaitu (a) pengakuan kepada Allah Maha Kuasa, Maha Pencipta dan Panglima alam semesta, (b) mengakui bahwa Muhammad Rasulullah. Dengan mengucapkan syahadat muslim mengakui Allah Pencipta Tunggal segala sesuatu dan Maha Kuasa yang mempunyai konsekuensi bahwa setiap muslim mendekatkan fikiran, perasaannya hanya kepada Allah yang berwujud kesetiaan, pengabdian, tunduk, percaya, berserah diri, dan memuja Allah SWT. Kemudian percaya bahwa Rasulullah Muhammad membimbing prilaku manusia yang baik dan benar yang diridhai Allah SWT. Hal demikian dapat menjadi komitmen bagi segala prilaku muslim dalam kehidupan bersama sesuai dengan janji manusia terhadap Tuhan seperti tercantum dalam Surat Al A’raf ayat 172. karena mengetahui Allah Maha Tahu maka manusia dapat mengendalikan prilakunya dengan baik, karena segala fikiran dan prilakunya selalu diketahui oleh Allah.
b. pilar kedua adalah shalat yang merupakan tiang agama. Shalat merupakan cara manusia untuk secara langsung berkomunikasi langsung dengan Allah SWT.

Tidak ada komentar: